Food Background

Senin, 21 Maret 2011

Sektor Pertanian

Pendahuluan

      Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
      Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Setidaknya ada empat hal yang dapat dijadikan alasan. Pertama, Indonesia merupakan negara berkembang yang masih relatif tertinggal dalam penguasaan Iptek muktahir serta masih menghadapi kendala keterbatasan modal, jelas belum memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) pada sektor ekonomi yang berbasis Iptek dan padat modal. Oleh karena itu pembangunan ekonomi Indonesia sudah selayaknya dititikberatkan pada pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berbasis pada sumberdaya alam, padat tenaga kerja, dan berorientasi pada pasar domestik. Dalam hal ini, sektor pertanianlah yang paling memenuhi persyaratan.

Pembahasan

1. Peranan Sektor Pertanian
      Menurut Kuznets, Sektor pertanian di LDC’s mengkontribusikan thd pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam 4 bentuk:
Penyediaan makanan untuk penduduk, penyediaan bahan bakar untuk industri manufaktur.Kontribusi Produk seperti industri: tekstil, barang dari kulit, makanan & minuman.
Pembentukan pasar domestik untuk barang industri.Kontribusi Pasar & konsumsi Penurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, makaèc.Kontribusi Faktor Produksi terjadi transfer surplus modal & TK dari sektor pertanian ke Sektor lain. Pertanian sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI) melalui ekpspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor Kontribusi Devisa.  

Kontribusi Produk
Dalam system ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sector pertanian bisa lewat pasar dan lewat produksi dg sector non pertanian.
• Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari LN seperti buah, beras & sayuran hingga daging.
• Dari sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena BB dijual ke LN dengan harga yang lebih mahal.
 
Kontribusi Pasar
Negara agraris merup sumber bagi pertumbuhan pasar domestic untuk produk non pertanian seperti;
pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) & produk konsumsi (pakaian,mebel, dll)
Keberhasilan kontribusi pasar dari sector pertanian ke sector non pertanian tergantung  pada :
• Membuat pasar sector non pertanian tidak hanya disi dengan produk domestic, tapi juga impor sebagai pesaing, sehingga konsumsi yang tinggi dari petani tidak menjamin pertumbuhan yang tinggi sector non pertanian.Pengaruh keterbukaan ekonomi,
• Semakin modern, maka semakin tinggi demand produk industri non pertanian jenis teknologi sector pertanian.

Kontribusi Faktor Produksi
Tenaga kerja dan Modal yang dapat dialihkan dari sector pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi pertanian,Di Indonesia hubungan investasi pertanian & non pertanian harus ditingkatkan agar ketergantungan Indonesia pada pinjaman LN menurun. Kondisi yang harus dipenuhi untuk merealisasi hal tsb:
• Harus ada surplus produk pertanian agar dapat dijual ke luar sectornya. Market surplus ini harus tetap dijaga & Teknologi, infrastrukturèhal ini juga tergantung kepada factor penawaran & nilai tukar produk pertanianèSDM dan factor permintaan & non pertanian baik di pasar domestic & LN.
• Pengeluaran konsumsi oleh petani Petani harus net savers < Tabungan petani produksi > investasi sektor pertanian
Kontribusi Devisa
Kontribusinya melalui :
• ekspor produk pertanian secara langsung & mengurangi impor.
• peningkatan ekspor secara tidak langsung & pengurangan impor produk berbasis pertanian seperti : tekstil, makanan & minuman, dll.
Kontradiksi kontribusi produk & peningkatan ekspor produk pertanian kontribusi devisa menyebabkan suplay dalam negari kurang dan disuplai dari produk impor. Peningkatan ekspor produk pertanian berakibat negativ terhadap pasokan pasar dalam negeri.
Untuk menghindari trade off ini 2 hal yg harus dilakukan:
- Peningkatan kapasitas produksi.
- Peningkatan daya saing produk produk pertanian

2. Sektor Pertanian di Indonesia
- PDB sektor pertanian (peternakan, kehutananèSelama periode 1995-1997 & perikanan) menurun & sektor lain seperti menufaktur meningkat.
- Sebelum krisis moneter, laju pertumbuhan output sektor pertanian < ouput sektor non pertanian 1999 semua sektor turun kecuali listrik, air dan gas. Rendahnya pertumbuhan output pertanian disebabkan: kemarau jangka panjang berakibat volume dan daya saing turun Iklim lahan garapan petani semakin kecil Lahan rendah Kualitas SDM rendah Sistem perdagangan dunia pasca putaran Uruguay (WTO/GATT) ditandatangani oleh 125 negara anggota GATT telah menimbulkan sikap optimismeèPenggunaan Teknologi & pesimisme Negara LDC’s: Persetujuan perdagangan multilateral WTO menjanjikan berlangsungnya perdagangan bebas didunia terbebas dari hambatan tariffèOptimis & Semua negara mempunyai kekuatan ekonomi yg berbeda. DC’s mempunyai kekuatan Pesimis non tariff > LDC’s. Perjanjian tersebut merugikan bagi LDC’s, karena produksi dan perdagangan komoditi pertanian, industri & jasa di LDC’s masih menjadi masalah besar & belum efisien sebagai akibat dari rendahnya teknologi & SDM, shg produk dri DC’s akan membanjiri LDC’s.
Butir penting dalam perjanjian untuk pertanian:
    *  Negara dg pasar pertanian tertutup harus mengimpor minimal 3 % dari kebutuhan konsumsi domestik dan naik secara bertahap menjadi 5% dlm jangka waktu 6 tahun berikutnya.
    *  Trade Distorting Support untuk petani harus dikurangi sebanyak 20% untuk DC’s dan 13,3 % untuk LDC’s selama 6 tahun.
    *  Nilai subsidi ekspor langsung produk pertanian harus diturunkan sebesar 36% selama 6 tahun & volumenya dikurangi 12%.
Temuan hasil studi dampak perjanjian GATT:  
Eropa Barat US $ 164 Milyar, USA US$ 122 Milyar, LDC’sè Perjanjian tsb berdampak + yakni peningkatan pendapatan per tahun èSkertariat GATT (Sazanami, 1995) & Eropa Timur US $ 116 Milyar. Pengurangan subsidi ekspor sebesar 36 % dan penurunan subsidi sector pertanian akan meningkatkan pendapatan sector pertanian Negara Eropa US $ 15 milyar & LDC’s US $ 14 Milyar .
    *  Sampai tahun 2002, sesudah terjadi penurunan tariffèGoldin, dkk (1993) & subsidi 30% manfaat ekonomi rata-rata pertahun oleh anggota GATT sebesar US $ 230 Milyar (US $ 141,8 Milyar / 67%0 dinikmati oleh DC’s dan Indonesia rugi US $ 1,9 Milyar pertahan.
    *  Sektor pertanian Indonesia rugi besar dalam bentuk penurunan produksi komoditi pertanian sebesar 332,83% dengan penurunan beras sebesar 29,70% dibandingkan dengan Negara ASIAN Satriawan (1997).
    * Global Trade Analysis Project mengenai 3 skenario perdagangan bebas yakni Putaran Uruguay, AFTAèFeridhanusetyawan, dkk (2000) & APEC. Ide dasarnya: apa yang terjadi jika 3 skenario dipenuhi (kesepakatan ditaati) dan apa yang terjadi jika produk pertanian di ikutsertakan? Perubahan yang diterapkan dalam model sesuai kesepakatan putaran Uruguay adalah :
a. Pengurangan pajak domestic & subsidi sector pertanian sebesar 20% di DC’s dan 13 % di LDC’s.
b. Penurunan pajak/subsidi ekspor sector pertanian 36% di DC’s & 24% di LDC’s.
c. Pengurangan border tariff untuk komoditi pertanian & non pertanianLiberalisasi perdagangan berdampak   negative bagi Indonesia thd produksi padi & non gandum. Untuk AFTA & APEC, liberalisasi perdagangan pertanian menguntungkan Indonesia dg meningkatnya produksi jenis gandum lainnya (terigu, jagung & Indonesia menjadi produsen utama pertanian di ASEANdan output pèkedelai). AFTAertanian naik lebih dari 31%. Ekspor pertanian naik 40%.

3. Nilai Tukar Petani (NTP)
nilai tukar suatu barang dengan barang lainnya. Jika harga produk A Rp 10 dan produk B Rp 20, maka nilai tukar produk A thd B=(PA/PB)x100% =1/2. Hal ini berarti 1 produk A ditukar dengan ½ produk B. Dengan menukar ½ unit B dapat 1 unit A. Biaya opportunitasnya adalah mengrobankan 1 unit A utk membuat ½ unit B.Nilai tukar Dasar Tukar (DT):
pertukaran 2 barang yang berbeda di dalam negeri dengan mata uang nasional DT dalam negeri pertukaran 2 barang yang berbeda di dalam negeri dengan mata uang internasional DT internasional / Terms Of Trade, Selisih harga output pertanian dengan harga inputnya (rasio indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar). Nilai Tukar Petani semakin baik.Semakin tinggi NTP setiap wilayah berbeda dan ini tergantung pada:
- Inflasi setiap wilayah
- Sistem distribusi input pertanian
- Perbedaan ekuilibrium pasar komoditi pertanian setiap wilayah (D=S) D> harga naik S & D
Pekembangan NTP tsb menunjukkan pertani di JABAR & JATENG rugi dan di Yogja & JATIM untung. Hal ini dsebabkan oleh banyak factor termasuk system distribusi pupuk di Yogya & JATIM lebih baik dari JABAR & JATENG.

4. Investasi di Sektor Pertanian
Investasi di sector pertanian tergantung :
- Laju pertumbuhan output
- Tingkat daya saing global komoditi pertanian
Investasi:
- Membeli mesinèLangsung
- PenelitianèTdk Langsung & Pengembangan
Hasil penelitian:
- laju pertumbuhan sektor ini rendah, karena PMDNèSupranto (1998) & PMA serta kerdit yg mengalir kecil. Hal ini karena resiko lebih tinggi (gagal panen) dan nilai tambah lebih kecil di sektor pertanian.
- kredit perbankan lebih byk megalir ke sektor non pertanianèSimatupang (1995) & jasa dibanding ke sektor pertanian.

5. Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
kesalahan industrialisasi yg tidak berbasis pertanian. Hal ini terlihat bahwa laju pertumbuhan sector pertanian (+) walaupu kecil, sedangkan industri manufaktur (-). Jepang, TaiwanèSalah satu penyebab krisis ekonomi & Eropa dlm memajukan industri manufaktur diawali dg revolusi sector pertanian.
Alasan sektor pertanian harus kuat dlm proses industrialisasi:
 kondisi social politik stabil tidak ada lapar pangan terjamin Sektor pertanian kuat.
 permintaan oleh petani thd produk industri manufaktur naik berarti industri manufaktur berkembang pendapatan riil perkapita naik Sektor pertanian kuat Sudut Permintaan & output industri menjadi input sektor pertanian.
permintaan produk pertanian sbg bahan baku oleh industri manufaktur.Sudut Penawaran.
 Kelebihan output siktor pertanian digunakan sbg sb investasi sektor industri manufaktur seperti industri kecil dipedesaan.
Kenyataan di Indonesia keterkaitan produksi sektor pertanian dam industri manufaktur sangat lemah dan kedua sektor tersebut sangat bergantung kepada barang impor.
Kesimpulan :
Jadi, Penyebab utama merosotnya kontribusi sektor pertanian karena policy dari pemerintah terlalu tergila-gila ke sektor manufacturing, bukan ke agroindustri. Pabrik kapal terbang dan manufacturing lainnya memakai investasi yang sangat tinggi, bukan mendorong kemajuan pertanian, bahkan hasil dari pertanianlah dikorbankan kesana.
Menurunnya peran atau kontribusi sektor pertanian dalam PDB atau dalam nilai ekspor bukan berarti jumlah PDB sektor pertanian atau jumlah nilai ekspor pertanian menurun.
Menurunnya peran sektor pertanian dalam PDB bukan berarti nilai PDB sektor pertanian juga turun. Atas dasar harga berlaku, jumlah PDB sektor pertanian pada tahun 1990 adalah Rp.50.032 milyar, pada tahun 2004 adalah Rp.354.435 milyar. Menurunnya peran sektor pertanian disebabkan begitu naiknya PDB sektor-sektor lain, terutama sektor industri dan sektor perdagangan/jasa.
Referensi:

• http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian

• www.google.co.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar