I. Sejarah
Bahasa
Indonesia
Bahasa Indonesia adalah suatu bahasa resmi penduduk republik indonesia
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal
36. Ia juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Meski
demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang benar-benar
menggunakannya sebagai bahasa ibu karena dalam percakapan sehari-hari yang
tidak resmi masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa daerahnya
masing-masing sebagai bahasa ibu seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan lain
sebagainya.
Bahasa
Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terusmenghasilkan
kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah
dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya
dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara
dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah,“jang
dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja
berasal dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe
dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe
laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe
hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang
beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia”.
Bahasa
Indonesia yang kini dipakai sebagai bahasa resmi di Indonesia berasal dari
bahasa Melayu. Hal ini ditandaskan dalam Kongres Bahasa Indonesia di Medan
1954.
Pada hari
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, diresmikan suatu bahasa nasional, yaitu bahasa
Indonesia. Nama baru ini bersifat politis, sejalan dengan nama negara yang
diidam-idamkan.
Perkembangan
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia tidak terjadi dalam waktu yang singkat,
tetapi mengalami proses pertumbuhan secara perlahan dengan perjuangan yang
sangat keras.
Beberapa
faktor yang memungkinkan diangkatnya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan
menurut Prof. Dr. Slamet Mulyana adalah sebagai berikut.
1. Sejarah
telah membantu penyebaran bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan lingua franca
(bahasa perhubungan / perdagangan) di Indonesia. Malaka pada masa jayanya
menjadi pusat perdagangan dan pengembangan agama Islam. Dengan bantuan para
pedagang, bahasa Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di
kota-kota pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa perhubungan antar individu.
Karena bahasa Melayu itu sudah tersebar dan boleh dikatakan sudah menjadi
bahasa sebagian penduduk, Gubernur Jenderal Rochusen kemudian menetapkan bahwa
bahasa Melayu dijadikan bahasa pengantar di sekolah untuk mendidik calon
pegawai negeri bangsa bumi putera.
2. Bahasa
Melayu mempunyai sistem yang sangat sederhana ditinjau dari segi fonologi,
morfologi, dan sintaksis. Karena sistemnya yang sederhana itu, bahasa Melayu
mudah dipelajari. Dalam bahasa ini tidak dikenal gradasi (tingkatan) bahasa
seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Sunda dan Bali, atau pemakaian bahasa
kasar dan bahasa halus.
3. Faktor
psikologi, yaitu bahwa suku Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima
bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, semata- mata karena didasarkan kepada
keinsafan akan manfaatnya segera ditetapkan bahasa nasional untuk seluruh
kepulauan Indonesia.
4. Bahasa
Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
luas.
II.
Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia
Perinciannya
sebagai berikut:
1. Tahun
1896 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Van Ophuijsen yang dibantu oleh
Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dimuat dalam
Kitab Logat Melayu.
2. Tahun
1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang
diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian
pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan
novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok
tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran
bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
3. Tanggal
16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya.
Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato
menggunakan bahasa Indonesia.[9]
4. Tanggal
28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu
menjadi bahasa persatuan Indonesia.
5. Tahun
1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai
Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
6. Tahun
1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
7. Tanggal
25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil
kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia
saat itu.
8. Tanggal
18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu
pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
9. Tanggal
19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van
Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
10. Tanggal
28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di
Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk
terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa
kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
11. Tanggal
16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato
kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden
No. 57 tahun 1972.
12. Tanggal
31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi
berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
13. Tanggal
28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di
Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang
ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa
Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia.
14. Tanggal
21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta.
Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang
ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara
Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat
tercapai semaksimal mungkin.
15. Tanggal
28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di
Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia
dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu
ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
16. Tanggal
28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di
Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta
tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong,
India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan
statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya
Undang-Undang Bahasa Indonesia.
17. Tanggal
26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel
Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan
Bahasa.
Untuk
mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal,terdapat fakta-fakta historis
hingga sekarang sebagai berikut.
A. Sebelum
Masa Kolonial
Bahasa
Melayu dipakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII.Hal ini terbukti dengan
adanya empat buah batu bertulis peninggalan kerajaan Sriwijaya. Keempat batu
bersurat itu ditemukan di Kedukan Bukit (680), di Talang Tuwo (dekat Palembang)
(684), di Kota Kapur (Bangka Barat) (686), di Karang Berahi (Jambi) (688).Bukti
lain ditemukan di Pulau Jawa yaitu di Kedu. Di situ ditemukan sebuah prasasti
yang terkenal bernama inskripsi Gandasuli (832) Berdasarkan penyelidikan Dr.
J.G. De Casparis dinyatakan bahwa bahasanya adalah bahasa Melayu kuno dengan
adanya dialek Melayu Ambon, Timor, Manado, dsb.
B. Masa
Kolonial
Ketika
orang-orang barat sampai di Indonesia pada abad XVII, mereka menghadapi suatu
kenyataan bahwa bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi dalam pergaulan
dan bahasa perantara dalam perdagangan. Ketika bangsa Portugis maupun bangsa
Belanda mendirikan sekolah-sekolah, mereka terbentur dalam soal bahasa
pengantar. Usaha menerapkan bahasa Portugis dan Belanda sebagai bahasa
pengantar mengalami kegagalan. Demikian pengakuan Belanda Dancerta tahun 1631.
Ia mengatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku memakai bahasa Melayu sebagai
bahasa pengantar.
C. Masa
Pergerakan Kebangsaan
Pada waktu
timbulnya pergerakan kebangsaan terasa perlu adanya suatu bahasa nasional,
untuk mengikat bermacam-macam suku bangsa di Indonesia. Suatu pergerakan yang
besar dan hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan. Untuk
itu, mereka mencari bahasa yang dapat dipahami dan dipakai oleh semua orang.
Pada mulanya agak sulit untuk menentukan bahasa mana yang akan menjadi bahasa
persatuan., tetapi mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan berbagai
suku bangsa akhirnya pada 1926 Yong Java mengakui dan memilih bahasa Melayu
sebagai bahasa pengantar.
Dengan
adanya bermacam-macam faktor seperti tersebut di atas, akhirnya pada tanggal 28
Oktober 1928, yaitu saat berlangsungnya Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta
dihasilkan ikrar bersama, “Ikrar Sumpah Pemuda”.
1. Kami
putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu Tanah air Indonesia.
2. Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.
2. Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.
3. Kami
putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
D. Masa
Jepang dan Zaman Kemerdekaan
Setelah
Perang Dunia II, ketika tentara Jepang memasuki Indonesia, bahasa Indonesia
telah menduduki tempat yang penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Usaha
Jepang untuk menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda tidak
terlaksana. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan dan untuk keperluan ilmu pengetahuan
III.
Ciri-ciri Bahasa Indonesia
Apabila
diamati dengan seksama, bahasa Indonesia mempunyai 2 (dua) ciri pokok, yaitu :
1). Bersifat
kemantapan dinamis
2). Bersufat
kecendikiawan
Kedua ciri
itu berkaitan dan terlihat dalam perkembangan bahasa Indonesia, khususnya
bahasa Indonesia yang baku (standar).
Penekanan
kemantapan dinamis adalah segi kaidah tata bahasa. Kemantapan dinamis diartikan
sebagai keterbukaan terhadap kemungkinan yang lebih menguntungkan dalam
pembakuan bahasa. Keterbukaan itu dihadapkan pada bidang-bidang luar bahasa,
baik bidang keilmuan, maupun bidang pekerjaan. Keterbukaan dalam bahasa itu
terlihat dalam :
a). Kosa
kata
b).
Peristilahan
c). Jenis
ragam bahasa dengan gaya dan makna yang khusus.
Kemantapan
dinamis itu dicapai melalui proses pencatatan kaidah-kaidah yang dihasilkan
oleh proses pembakuan (kodifikasi). Pelaksanaan kemantapan dinamis menyangkut
bidang :
·
Pemakai dan
pemakaian bahasa yang nantinya akan menghasilkan ragam dan gaya bahasa yang
bermacam-macam melalui situasi yang dihadapi
·
Perhatian pada struktur bahasa dalam sistem
komunikasi (berpedoman pada kaidah-kaidah yang sudah dibakukan seperti tata
bahasa dan kosa kata)
Dalam kedua
bidang tersebut, pemakai dan pemakaian struktur dapat dikembalikan kepada upaya
Lembaga Pusat dalam mencanangkan moto atau semboyan “Gunakanlah Bahasa
Indonesia yang baik dan benar”. Perbedaan komunikasi dalam situasi resmi dan
situasi tidak resmi adalah pemakaian kosa kata.
Sifat
kecendekiaan dalam bahasa dimaksudkan untuk mengungkapkan proses pemikiran yang
rumit dari berbagai ilmu, teknologi, dan hubungan antar manusia tanpa
menghilangkan norma dan prinsip yang ada pada bahasa itu. Bagaimana rumut dan
sulitnya serta abstraknya suatu masalah atau topic dari suatu disiplin, sejauh
ini dapat diungkapkan atau diekspresikan, baik secara lisan maupun tulis dengan
bahasa Indonesia. Perhatikan buku-buku terbitan ilmiah dari berbagai disiplin
yang telah banyak dipublikasikan oleh penerbit. Demikian juga oleh media
cetak yang berupa majalah dan surat kabar telah banyak dipublikasikan
dari berbagai disiplin ilmu, teknologi, dan bidang-bidang pekerjaan tertentu.
Disamping itu, kecendiakaan bahasa Indonesia terbukti pula sebagai bahasa asing
yang dipelajari diberbagai Negara seperti Belanda, Amerika, Korea, Autralia,
Italia, Selandia Baru, Inggris dan Negara-negara tetangga di ASEAN. Meurut
informasi dinegri Belanda para ahli diberbagai bidang lebih banyak menulis
dalam majalah ilmiah yang berbahsa Inggris atau bahasa Indonesia daripada
bahasa bahasa Belanda dengan alas an agar karya mereka dibaca oleh banyak
orang, tentu termasuk pambaca Indonesia.
Sifat
kecendikaan bahasa Indonesia menuju keragam bahasa ilmiah yang eksistensinya
telah dibuktikan didunia perguruan tinggi. Untuk masa yang akan dating peranan
bahasa Indonesia sangat penting sebagai bahasa ilmiah dikalangan intelektual.
Proses kearah itu diharapkan untuk :
(1) menampung semua aspirasi generasi muda
yang ingin maju dalam bidang ilmu da teknologi serta kebudayaan.
(2) menerjemahkan berbagai ilmu dan teknilogi
dari bahasa asing, dan
(3) menghilangkan asumsi bahwa dengan
kecendiakaan bahasa Indonesia berarti pembaratan bahasa. Akan tetapi, semakin
tidak cendikia bahasa Indonesia seseorang semakin besar hasratnya membaratkan
bahasa Indonesia. Apabila tejadi pembaratan bahasa Indonesia pada diri seseorang
selain ia tertinggal dalam berkomunikasi ilmiah dengan bahasa Indonesia juga
sekaligus akan mendapat sangsi social dari pendengarnya.
sumber:
- · Badudu, J.S. 1981. Perkembangan Bahasa Indonesia. Jakarta :Gramedia.
- Google. Perkembangan Bahasa Indonesia :Search
- Wikipedia . Perkembangan Bahasa Indonesia :Search
- Sartuni,Rasyid.1996.Aplikasi Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.Bogor:Maharini press\
- b-indo.blogspot.com/…/perkembangan-bahasa-indonesia.html
- http://ven9eance.wordpress.com/2009/10/19/tugas-softskill-bahasa-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar